Jumat, 06 Maret 2015

Tips simple mengelola pencatatan uang dagang


Umumnya pedagang pemula maupun yang sudah jalan skala rumahan atau bisa juga warung … tidak menerapkan pencatatan keuangan. Mungkin tidak memiliki background di bidang keuangan, sehingga penggunaan uangnya masih tercampur campur antara uang dagang dan uang kebutuhan rumah tangga.

Dagang yang dijalankan dimaksudkan menjadi income tambahan atau malah menjadi income utama, sehingga income dari dagang yang dijalankan diharapkan akan naik terus seiring dengan kenaikan penjualan.

Ada banyak hal/faktor yang menyebabkan penjualan meningkat dan juga banyak faktor yang menyebabkan penjualan menurun .. atau bahkan merugi.

Penyebab bisnis tidak bertumbuh … atau merasa begini begini saja dan bahkan menurun … salah satu penyebabnya karena barang / produk yang dijual tidak bertambah. Mengapa tidak bertambah … karena uangnya/modal untuk beli barangnya berkurang.

Barang dagangan yang didisplay berkurang atau rak dagangan terlihat kosong, secara psikologis akan membuat konsumen bertambah malas untuk mampir, karena beranggapan barang yang dicari tidak akan ada, lebih baik ke toko / kios berikutnya yang terlihat lebih lengkap.

Jika malas / tidak mau / tidak bisa melakukan pencatatan keuangan yang dirasa ribet. Paling tidak lakukan 2 jenis catatan  “Uang Kas Keluar dan Masuk” dan “Stock Belanjaan”.


 Dengan 2 pencatatan sederhana ini, paling tidak kita bisa menilai dagangan untung atau tidak dan mengingat harga barang jualan yang dibeli nilainya berapa. Format pencatatan bisa dirubah rubah disesuaikan dengan kebutuhan yang diperlukan.

Pentingnya mengingat harga modal barang2 dagangan, supaya kita tidak menggunakan uang yang masuk (dari penjualan) melebihi uang modal yang akan dipergunakan untuk membeli barang dagangan kembali.

Pencatatan memang sangat jarang dilakukan oleh pedagang kecil, tapi saya pernah beli barang di kios, si mas-nya mencatat penjualan barang di buku. Tertib dan disiplin …  si mas sadar betapa pentingnya pencatatan untuk kemajuan bisnis beliau … he he…

contoh :
modal beli 25 kaleng susu ; @Rp. 25.000 X 25 = Rp. 625.000
Harga jual kembali @Rp. 30.000
Jika terjual 9 kaleng susu, maka uang masuk Rp. 30.000 X 9 = Rp. 270.000
Uang modal di 9 kaleng tersebut @Rp. 25.000 X 9 = Rp. 225.000

keuntungan dari penjualan 9 kaleng susu ; Rp. 270.000 – 225.000 = Rp. 45.000



jadi maksimal uang yang dapat dipergunakan untuk keperluan lain adalah Rp. 45.000
karena jika menggunakan lebih dari Rp. 45.000 maka akan mengurangi uang modal. Sehingga barang jualan yang akan dibeli jadi berkurang dan nantinya akan berimbas dari barang jualan berkurang … dan ujung ujung-nya penjualan menurun … merasa rugi … akhirnya tutup.

Jadi harap catat (dalam suatu buku khusus) uang modal yang dipergunakan untuk membeli barang2 sebagai control agar tidak kebablasan dalam menggunakan uang masuk dari penjualan.

Dan sangat di rekomendasikan untuk memisahkan uang pribadi dan dagang. Jangan dicampur adukkan. Pisahkan dalam rekening bank yang berbeda. Apalagi dengan melakukan pencatatan maka akan lebih teratur.

Jika berdagang ingin bekembang dan income bertambah maka minimal uang modalnya tetap sama untuk tetap di pergunakan membeli barang dagangan. Dan sebaiknya diusahakan modalnya ditambah sedikit demi sedikit sehingga barang yang dijual bisa lebih banyak dan variatif sehingga peluang untuk menaikkan income lebih besar.

Jika ingin melakukan pencatatan awal secara sederhana bisa membaca pencatatan keuangan bisnis skala kecil.



Lebih baik ribet sedikit … tapi membuat dagang maju berkembang. 

3 komentar:

  1. Uang modal terus berputar baik dalam bidang bisnis maupun dalam investasi. pojokinvestasi.com

    BalasHapus