Kamis, 05 Maret 2015

Memulai Bisnis … peluangnya masih sangat terbuka luas


Percaya deh …. membuka bisnis baru masih sangat bagus prospeknya.
Meskipun pesaingnya sudah sangat sangat banyak …

Apalagi jika membuka bisnis spesifik - niche market yang pasarnya kecil tapi hanya anda pemainnya. Tapi meskipun tidak memiliki ide bisnis yang seperti itu dan nyemplung ke pasar yang pemainnya banyak banget … tetap peluangnya masih besar.  Ya ditahun 2016 persaingan akan semakin ketat … karena sudah diberlakukan MEA (Masyarakat Eknomi Asean)  sehingga perusahaan asing dari Asean akan mudah masuk dan menjual produk/jasanya di Indonesia. Tapi artinya kita juga dari Indonesia mudah masuk dan menjual di negara Asean lainnya …. artinya pasar kita makin besar … sangat besar.

Mengapa yakin membuka bisnis  baru masih prospektif …


Bisnis prospektif atau tidak … dilihat dari besaran pasar yang bertumbuh serta persaingan yang relatif bisa diatasi.

Besarnya pasar Indonesia .. tidak diragukan lagi sangat sangat menarik ; jumlah penduduk Indonesia yang besar, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang baik dan stabil …. serta satu hal lagi yang bikin pasarnya tambah sedap …. adalah bangsa kita sangat konsumtif, pokoknya beli beli beli.  Sehingga banyak sekali perusahaan asing ingin masuk ke Indonesia, apalagi perusahaan2 ritel asing.

Persaingan tinggi … tidak masalah, karena itu adalah business nature. Kalau tidak suka persaingan, tidak mau ambil resiko .. tidak cocok untuk menjadi pebisnis. Jika kita adalah pengusaha kecil, maka akan bersaing dengan perusahaan2 besar, perusahan menengah yang banyak dan perusahaan kecil yang sangat banyak dalam satu kategori bisnis.   Tapi justru kita punya peluang untuk merebut market share pemain lama kelas menengah dan kecil. Mengapa begitu ….


Berdasarkan pengalaman berkecimpung di bisnis ritel fashion. Pemain yang bermain di kelas department store mencapai lebih dari 100-an, dari perusahaan skala besar sampai skala menengah dan kecil. Jika ditambah dengan pemain yang tidak berada di dep store seperti melalui grosir melalui toko tradisional melalui online … jumlahnya bisa mencapai 1.000-an lebih.

Saya mengambil contoh berdasarkan kondisi yang ada di deparment store, karena ada data-datanya sehingga dapat menjadi patokan. Kemungkinan kondisi di dep store kurang lebih juga terjadi di bisnis di luar dep store untuk kategori yang sama.

Peluang pebisnis baru adalah bersaing merebut market share perusahaan skala menengah ke bawah, tidak perlu bersaing dulu dengan gajah gajah. Market share yang di kuasai kelas menengah bawah ini – sesuai hukum Pareto – paling sekitar 20% dari total market. Yang 80% market share di kuasai oleh perusahaan2 besar yang jumlahnya hanya 3 sd 7 perusahaan. Ini yang umumnya terjadi di bisnis dep store.

Yang 20% market share ini dikeroyok ramai ramai … mungkin oleh 15 sd 30-an perusahaan. Nilai omzetnya mulai dari ratusan juta sampai milyaran dalam setahun. Bagi pebisnis baru merebut market share perusahan menengah ke bawah … sudah oke banget ..


Contoh ; total sales suatu kategori bisnis fashion Rp 700 M. Umumnya sebesar 20% atau senilai 140 M di keroyok ramai ramai oleh perusahaan menengah ke bawah (15 sd 30-an perusahaan), dengan market share antara 0,2% sd 5%.  Jika bisa merebut 0,3% market share artinya sales omzet-nya mencapai 2,1 M setahun …. untuk perusahaan kecil … nilai sebesar itu sudah besar … artinya penjualan rata rata 175 juta sebulan.

Mengapa yakin bisa merebut market share mereka …

Pebisnis baru dapat merebut market share mereka, jika pebisnis baru mau bekerja keras …. dan (tidak cukup hanya kerja keras) juga memiliki mental selalu belajar … open minded dan mau mendengarkan.

Mentality selalu belajar dan mendengarkan ternyata umumnya tidak dimiliki oleh perusahaan2 menengah kecil tersebut. Selama ini berinteraksi dengan perusahaan2 menengah kecil tersebut , yang membuat mereka stuck dan bahkan ada beberapa yang menurun omzet-nya .. karena di perusahaan tersebut tidak memiliki budaya belajar. Bisa karena dari owner-nya atau maupun dari bagian SDM.

Dengan alasan tidak ada uang, lagi sibuk, tidak ada waktu …. sebetulnya yang tidak ada adalah niat. Belajar bisa dimana saja, waktupun bisa di atur bahkan yang gratis-pun kalau mau cari ada. Kemungkinan hal ini juga sama kondisinya dengan industri atau kategori bisnis lainnya.


Alasan sibuk / tidak ada waktu mungkin hanya berjalan sampai beberapa waktu … karena berikutnya mereka memiliki waktu banyak ketika perusahaan sudah keburu tutup.  Alasan tidak ada uang mungkin bisa seterusnya … karena berikutnya memang tidak ada uang sama sekali, karena perusahaannya sudah tutup.

No wonder … bisnis mereka begitu begitu saja dari dulu … malah kalah dari pemain2 yang lebih baru ..  Bahkan ada pebisnis yang dulunya nomor satu … sekarang malah menghilang …
Mengapa bisa begitu ?? … mengapa bisa kalah oleh pemain baru ? Pemain lama tersebut sudah lama bermain, sudah memiliki pengalaman lebih banyak untuk menjalankan bisnis daripada pemain baru yang masih ingusan yang pengalamannya kalah jauh dari pemain lama.

Justru karena pengalaman merekalah yang membunuh bisnisnya. Mereka “merasa” berhasil menjalankan bisnis berdasarkan pengalamannya, sehingga sulit mendengar orang lain, tidak perlu lagi belajar … merasa sudah tahu … merasa sudah benar.

Yang tidak mau belajar … tinggal menunggu waktu kehancurannya. Perubahan akan selalu terjadi …  Dulu dengan melakukan tindakan A penjualan meningkat .. sekarang melakukan A penjualan menurun … situasi dan kondisinya sudah berubah.

Padahal masih banyak hal yang dapat diperbaiki, dibenahi, ditingkatkan sehingga peluang mereka untuk tumbuh terbuka lebar dan menjalankan bisnis lebih efisien. Melakukan efisiensi di tempat yang benar tidak hanya asal efisiensi biaya. Untuk melakukan improvement dan upgrading tidak perlu trial and error …. cukup tinggal belajar saja …. cari training2 yang diperlukan, jangan pelit untuk pertumbuhan … belajar / training adalah gizi untuk tumbuh.


Untuk kasus meningkatkan penjualan di department store yang relatif lebih cepat adalah membenahi ujung tombak tenaga penjual (SPG, SPB atau kadang disebut SA, dll). Untuk membenahi mereka ya dengan training2 yang diperlukan ; selling skill, product knowledge, attitude, dll. Untuk membenahi hal hal lainnya …relatif membutuhkan waktu yang lebih lama ; produk, branding, manajemen, system, culture, operasional, dll.

Pemain baru memiliki peluang untuk tumbuh lebih pesat. Pemain baru seharusnya lebih semangat untuk bekerja keras, lebih semangat dan terbuka untuk terus menerus belajar.

Lebih baik market share pemain lama yang tidak mau belajar tersebut diambil oleh kita pemain baru dari negara kita sendiri, daripada di ambil oleh pemain dari negara lain.


Menjalankan bisnis tidak semudah membalikkan telapak tangan, hanya yang bekeja keras dan bekerja pintarlah yang dapat bertahan dan terus bertumbuh. Mau pintar …. belajarlah …. tidak perlu minum obat angin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar