Logikanya
memang begitu … tapi secara tindakan belum tentu ..
Dari survey
kecil2-an ke 16 responden. Tidak ada satupun yang membuat perencanaan masa
depan untuk pribadi atau keluarganya .. perencanaan secara tertulis …. bukan
hanya ada di kepala atau pernah memikirkannya.
Padahal
beberapa dari yang disurvey adalah konsultan bisnis perusahaan dan praktisi
level manajemen. Yang bagi mereka perencanaan itu sangat mutlak dan penting
untuk mencapai tujuan tujuan dimasa depan.
Bisnis / Perusahaan tidak akan maju jika dibiarkan mengalir seperti air begitu
saja.
Tapi untuk
masa depan keluarga sendiri .. tidak ada yang betul betul membuat suatu
perencanaan … apalagi tertulis. Sedangkan untuk keluarga sendiri yang dicintai
dibiarkan mengalir begitu saja.
Tanya kenapa
… ? Banyak sebab2-nya, salah satunya mungkin karena bingung bagaimana untuk
memulainya.
Membuat
perencanaan keuangan keluarga, memang agak sedikit bingung .. bagaimana
memulainya dan bagaimana mencapainya. Kadang memang untuk membuat perencanaan
untuk orang/pihak lain bisa lebih mudah … sedangkan untuk pribadi sangat sulit
.. seperti ada block ..
Untuk
memudahkan memahami membuat perencanaan keuangan keluarga, mungkin lebih mudah
jika kita lihat contoh kasus keluarga Bp Tomas (nama dan kondisi bukan yang
sebenarnya tapi sesuai dengan kasus yang sering terjadi).
Bapak Tomas
usia 37 tahun.
Bekerja di perusahaan swasta di bagian pemasaran.
Income nett-nya sebulan Rp. 10,750 juta.
2 orang anak, Budi kelas 1 SMP dan Wati kelas 4 SD.
Istrinya tidak bekerja, jadi ibu RT saja.
Belum memiliki rumah masih menumpang di mertua.
Memiliki 1 buah motor yang dipergunakan untuk pergi kerja.
Medical keluarga selama bekerja di tanggung perusahaan.
Saat pensiun, medical tidak di tanggung lagi.
Total tabungan dan deposito di bank 43 jt
Memiliki emas lantakan 24 gr
Pengeluaran rutin bulanan sekitar 6,2 juta, jika sedikit hemat bisa di
5,750 juta.
Cicilan perbulan Rp. 1,250 jt dan tersisa 12 kali lagi.
Memiliki asuransi Pendidikan untuk Budi dengan premi Rp 300 ribu/bulan
dengan estimasi nilai tunai pada saat
Budi kuliah sebesar Rp. 25 juta.
Dan asuransi jiwa a.n. pak Tomas dengan premi Rp. 500 ribu/bln dengan
benefit UP Jiwa Rp. 150
juta dan UP kecelakaan. Dan estimasi
nilai tunai saat pensiun Rp 170 juta.
Menurut pak
Tomas target yang ingin dicapai :
Punya rumah sendiri, seharga 450 juta, paling tidak dalam 5 tahun
kedepan.
Memiliki mobil untuk keluarga, cukup seken aja, Rp. 90 juta, paling tidak
1 atau 3 tahun lagi.
Untuk sekolah SMP sampai SMA cukup yang gratis atau negeri saja yang
ekonomis.
Sedangkan Perguruan Tinggi yang di
targetkan anaknya kuliah disana, saat ini menetapkan uang masuknya Rp. 50 juta.
Ingin jalan jalan liburan besar paling
tidak setahun sekali .. keluar kota bersama pada saat liburan sekolah.
Naik haji sebelum pensiun
Pensiun ingin hidup berkecukupan dan
tidak menyusahkan anak yang belum tentu pada saat nanti kondisi Keuangan
anaknya baik.
Target yang
ingin di capai, nilainya dikonversi ke future
value, gambarannya sbb :
Itu adalah
nilai dari mimpi mimpi yang ingin kita wujudkan.
Angka angka
ini seharusnya membuat kita tersadar memberi alert kepada kita untuk bertindak.
Bagaimana mencapai
angka angka tersebut dengan start kondisi keuangan saat ini ??
Beberapa hal
yang harus diperjelas dari tujuan tujuan yang ingin dicapai ;
Dana Haji
Harus dipenuhi
terlebih dahulu dana untuk mendapatkan nomor urut haji dan kemudian dana
pelunasan haji. Berdasarkan kondisi sekarang antrinya bisa 5 sd 10 tahunan.
Monthly
living cost saat Pensiun
Pada saat pensiun
sebesar Rp. 4,3 jt/bulan nilai saat ini, karena hanya untuk hidup berdua dan
sederhana saja. Dan direncanakan mengisi kegiatan pada saat pensiun dengan
membuka usaha sambil mengisi waktu. Sehingga kebutuhan bulanan Rp 4,3 juta di
asumsikan 50% dana di penuhi dari bisnis yang dijalankan dan sisanya dari dana
yang di siapkan. Sehingga dibutuhkan dana pensiun minimal sebesar Rp. 1,38 M
untuk hidup 10 tahun kedepan setelah pensiun. Woww angka yang besar ya …
Tabungan Rp
43 juta saat ini saja dicapai dengan susah payah. Bagaimana dengan 1 M ?
Sekarang …
penting tidak tujuan tersebut ? penting ..
Mau take action ? … respon-nya bisa berbeda
beda … lihat angkanya besar .. sudah ah pasrah .. bagaimana nanti … rezeki-kan
sudah ada yang ngatur di Atas, bla bla bla …
Atau ok ..
saya ambil action. Kembali semuanya
kepada mindset masing masing.
Untuk yang
memilih aliran bahwa HASIL itu tercipta dari
“proses” atau “sebab akibat” maka kita bahas langkah selanjutnya ;
bagaimana proses untuk mewujudkannya.
Proses untuk
mewujudkannya membutuhkan waktu bertahun tahun, dan dana yang di investasikan
secara RUTIN baik perbulan maupun bersifat top
up pada periode waktu tertentu.
Karena
prosesnya berlangsung bertahun tahun dan membutuhkan investasi dana yang rutin,
maka ada hal penting yang harus disiapkan. Untuk meng-amankan atau memproteksi agar
dana terus selalu ada setiap bulannya dan dana yang terkumpul tidak terpakai oleh
hal hal lain yang bukan tujuannya
Maka
kebutuhan proteksinya :
Kondisi pak
Tomas, ideal Uang Pertanggunan-nya (UP) minimalnya adalah Rp. 1,25 M
Jadi setelah
di kurangi UP yang sudah dimiliki (Rp 150 juta) menjadi Rp. 1,1 M
Sehingga
jika terjadi “musibah” maka anak pertama (Budi), pengeluaran biaya keluarga terjamin
sampai Budi selesai kuliah dan bekerja di usia 26 th untuk melanjutkan membiayai
kebutuhan keluarga.
Karena pada
saat pensiun, medical-nya tidak di tanggung lagi, maka harus memiliki asuransi
Medikal saat pensiun, sehingga dana pensiun yang telah disiapkan tidak habis
terpakai karena sakit … usia tua .. peluang sakit semakin besar dan sakit
biayanya sangat mahal.
Idealnya
covering biaya kamar RS untuk pak Tomas saat ini : Rp. 1 jt. Karena waktunya
masih jauh jadi polisnya nanti harus di upgrade lagi. Dan lebih baik lagi jika
di bantu dana investasi khusus untuk menyiapkan dana medical di masa pensiun.
Yang tak
kalah penting adalah Asuransi Sakit Kritis (gagal ginjal, jantung, stroke,
kanker, dll) yang membutuhkan biaya yang sangat sangat sangat tinggi, yang bisa
membuat orang miskin, maka minimal disiapkan UP sakit kritis senilai Rp. 1 M.
Kembali lagi
ke topik .. bagaimana mewujudkan dana dana tersebut.
Kebanyakan
orang berusaha mencapai tujuan finansialnya dengan mengandalkan atau berharap
mendapatkan kenaikan atau tambahan penghasilan. Dan umumnya hanya menyimpan di
bank. Dengan kondisi return bank saat
ini yang rendah dan plus kena potongan administrasi dan pajak, maka return-nya akan di bawah tingkat
inflasi. Artinya akan semakin sulit untuk mewujudkan dana dana tersebut jika
hanya mengandalkan simpanan di Bank.
Untuk kasus
pak Tomas untuk mengejar tujuan tujuan finansial, dilakukan dengan cara mengoptimalkan
income saat ini serta asset yang dimiliki dan menambahkan
setiap tahunnya (top up) dari sebagian bonus tahunan dan THR yang di dapatkan,
gambarannya sebagai berikut :
- Kenaikan
gaji 5% pertahun.
- Bonus
tahunan dan THR sebesar 1X gaji.
Dengan
menempatkan uang di produk investasi maka kita membuat asset untuk bekerja menghasilkan uang. Jadi kita “seolah-olah”
memiliki 2 income ; income
dari gaji dan income dari
hasil pertumbuhan investasi.
Pak Tomas
memiliki bujet Rp. 2,95 jt/bulan di tahun Pertama untuk di alokakasikan di produk imvestasi
dalam kasus ini di reksadana dan membeli polis asuransi, selain itu pak Tomas
memiliki tabungan Rp. 43 juta yang akan disebar diproduk investasi dan dari 80%
dari bonus tahunan serta 50% dari THR, uangnya sebagian akan di top up ke produk
investasi.
maka
hasilnya adalah sebagai berikut :
Pada
perhitungan ini, alokasi dana per bulan dan top
up dari bonus tahunan dan THR komposisinya berubah setiap tahun mengikuti
asumsi kenaikan gaji 5%, prioritas tujuan
serta jangka waktunya. Karena terlalu panjang dan malah ribet untuk
ditampilkan disini maka hanya ditampilkan summary-nya
saja.
Dari hasil
estimasi dapat dilihat bahwa :
tujuan yang
masih minus
- Dana darurat
target tercapai 20 juta di 2015 bdi estimasikan baru tercapai 15 juta, sehingga
minus 5 juta.
- DP mobil
tidak terpenuhi, dari target 60 juta di tahun 2016 masih minus 59,7 juta.
- Dana travelling setiap tahun 3 juta, hanya
dapat dipenuhi Rp. 1,2 juta sehingga minus Rp. 1,7 juta.
- Target dana
DP rumah Rp. 220 juta di tahun 2018, diestimasikan hanya tercapai Rp. 104 juta
sehingga
minus Rp 116 juta.
Karena dana
yang dialokasikan terbatas, maka harus di tentukan prioritas mana yang harus di
penuhi terlebih dahulu. Sehingga alokasi dana lebih ditujukan untuk mencapai
tujuan tersebut.
Untuk kasus
pak Tomas yang di prioritaskan adalah dana kuliah anak, naik haji, pensiun dan
modal usaha pada saat pensiun. Sehingga poin poin tersebut diprioritaskan
dananya untuk terpenuhi. Jika terpenuhi maka perjalanan hidup sudah dalam
posisi ontrack. Tinggal membutuhkan
beberapa adjustment untuk poin poin lainnya
yang di anggap tidak terlalu utama.
Terutama keinginan
pak Tomas adalah anak anaknya bisa menyelesaikan kuliah di tempat yang baik dan
sehingga nantinya dapat pekerjaan yang baik dan layak untuk kehidupannya nanti.
Bagi dirinya
sendiri, adalah bisa menunaikan rukun Islam dengan pergi haji dan hidupnya
nanti setelah pensiun memiliki aktifitas dengan membuka usaha dan tidak
merepotkan anak anaknya.
Target dana
pensiun pada tahun 2013 sebesar Rp. 1,38 M. Diestimasikan tercapai dan ada surplus
sebesar Rp. 13 juta. Dengan investasi rutin dan teratur setiap bulan selama
bertahun tahun, dana 1 milyar lebih dapat di capai pada saat pak Tomas pensiun.
Serta memiliki
modal usaha sebesar Rp. 556 juta untuk bisnis kecil kecil-an pada saat pensiun.
Dana untuk
mendapatkan nomor urut haji sebesar Rp. 56 juta di tahun 2015 dapat terpenuhi
serta pelunasan haji-nya pun terpenuhi.
Yang harus
diperhatikan bahwa perencanaan ini sifatnya dinamis dan harus selalu di monitor
progresnya, karena :
- Kinerja
investasi tidak sesuai dengan prediksi.
- Kenaikan
income lebih dari 5% ; naik jabatan atau pindah kerja dengan gaji lebih tinggi.
Atau ... malah
kena PHK
- Perubahan
prioritas tujuan keuangan.
- Dll.
Selain itu
yang harus diperhatikan adalah kondisi benefit asuransi. Dengan alokasi tambahan premi 1,5 juta/bulan, mendapatkan tambahan benefit UP 200 juta, biaya kamar Rumah Sakit Rp. 1 juta/hari serta tidak ada covering tambahan untuk sakit kritis. Kondisi benefit asuransi-nya belum ideal sehingga harus di upgrade pada saat kondisi keuangan memungkinkan.
Dengan memiliki
perencanaan keuangan, kita membuat hidup lebih terarah dan teratur. Kita akan
merasa tenang dengan masa depan keluarga dan kita akan lebih bijaksana dengan uang
dan pengeluaran kita.
Ayo kita
buat small company (keluarga) hidup lebih
teratur di saat ini dan lebih sejahtera di masa depan.
Rencanakan sesegera
mungkin, prinsipnya memang lebih cepat lebih baik tapi tidak pernah ada kata
terlambat. Kita buat asset sebanyak mungkin bekerja untuk kita, mewujudkan
mimpi kita.
Selamat Berencana
follow twitter @jauhari_mk
Memulai investasi sejak dini sangat penting dan bisa membantu kondisi keuangan keluarga di masa yang akan datang. pojokinvestasi.com
BalasHapus