Selasa, 20 Agustus 2013

Tidak Ada Bisnis yg besar tanpa rencana ... Bagaimana dengan keluarga ....?

Masa depan itu penting. Kita menginginkan masa depan yang lebih baik.
Logikanya memang begitu … tapi secara tindakan belum tentu ..

Dari survey kecil2-an ke 16 responden. Tidak ada satupun yang membuat perencanaan masa depan untuk pribadi atau keluarganya .. perencanaan secara tertulis …. bukan hanya ada di kepala atau pernah memikirkannya.

Padahal beberapa dari yang disurvey adalah konsultan bisnis perusahaan dan praktisi level manajemen. Yang bagi mereka perencanaan itu sangat mutlak dan penting untuk mencapai tujuan tujuan dimasa depan.  Bisnis / Perusahaan tidak akan maju jika dibiarkan mengalir seperti air begitu saja.

Tapi untuk masa depan keluarga sendiri .. tidak ada yang betul betul membuat suatu perencanaan … apalagi tertulis. Sedangkan untuk keluarga sendiri yang dicintai dibiarkan mengalir begitu saja.

Tanya kenapa … ? Banyak sebab2-nya, salah satunya mungkin karena bingung bagaimana untuk memulainya.

Membuat perencanaan keuangan keluarga, memang agak sedikit bingung .. bagaimana memulainya dan bagaimana mencapainya. Kadang memang untuk membuat perencanaan untuk orang/pihak lain bisa lebih mudah … sedangkan untuk pribadi sangat sulit .. seperti ada block ..

Untuk memudahkan memahami membuat perencanaan keuangan keluarga, mungkin lebih mudah jika kita lihat contoh kasus keluarga Bp Tomas (nama dan kondisi bukan yang sebenarnya tapi sesuai dengan kasus yang sering terjadi).

Bapak Tomas usia 37 tahun.
Bekerja di perusahaan swasta di bagian pemasaran.
Income nett-nya sebulan Rp. 10,750 juta.

2 orang anak, Budi kelas 1 SMP dan Wati kelas 4 SD.
Istrinya tidak bekerja, jadi ibu RT saja.
Belum memiliki rumah masih menumpang di mertua.
Memiliki 1 buah motor yang dipergunakan untuk pergi kerja.
Medical keluarga selama bekerja di tanggung perusahaan.
Saat pensiun, medical tidak di tanggung lagi.
Total tabungan dan deposito di bank 43 jt
Memiliki emas lantakan 24 gr

Pengeluaran rutin bulanan sekitar 6,2 juta, jika sedikit hemat bisa di 5,750 juta.
Cicilan perbulan Rp. 1,250 jt dan tersisa 12 kali lagi.
Memiliki asuransi Pendidikan untuk Budi dengan premi Rp 300 ribu/bulan
dengan estimasi nilai tunai pada saat Budi kuliah sebesar Rp. 25 juta.
Dan asuransi jiwa a.n. pak Tomas dengan premi Rp. 500 ribu/bln dengan benefit UP Jiwa Rp. 150
juta dan UP kecelakaan. Dan estimasi nilai tunai saat pensiun Rp 170 juta.


Menurut pak Tomas target yang ingin dicapai :
Punya rumah sendiri, seharga 450 juta, paling tidak dalam 5 tahun kedepan.
Memiliki mobil untuk keluarga, cukup seken aja, Rp. 90 juta, paling tidak 1 atau 3 tahun lagi.
Untuk sekolah SMP sampai SMA cukup yang gratis atau negeri saja yang ekonomis.
Sedangkan Perguruan Tinggi yang di targetkan anaknya kuliah disana, saat ini menetapkan uang masuknya Rp. 50 juta.
Ingin jalan jalan liburan besar paling tidak setahun sekali .. keluar kota bersama pada saat liburan sekolah.
Naik haji sebelum pensiun
Pensiun ingin hidup berkecukupan dan tidak menyusahkan anak yang belum tentu pada saat nanti kondisi Keuangan anaknya baik.


Target yang ingin di capai, nilainya dikonversi ke future value, gambarannya sbb :

Terlihat bahwa angka angka yang harus dicapai, jumlahnya besar besar.

Itu adalah nilai dari mimpi mimpi yang ingin kita wujudkan.
Angka angka ini seharusnya membuat kita tersadar memberi alert kepada kita untuk bertindak.

Bagaimana mencapai angka angka tersebut dengan start kondisi keuangan saat ini ??

Beberapa hal yang harus diperjelas dari tujuan tujuan yang ingin dicapai ;

Dana Haji
Harus dipenuhi terlebih dahulu dana untuk mendapatkan nomor urut haji dan kemudian dana pelunasan haji. Berdasarkan kondisi sekarang antrinya bisa 5 sd 10 tahunan.

Monthly living cost saat Pensiun
Pada saat pensiun sebesar Rp. 4,3 jt/bulan nilai saat ini, karena hanya untuk hidup berdua dan sederhana saja. Dan direncanakan mengisi kegiatan pada saat pensiun dengan membuka usaha sambil mengisi waktu. Sehingga kebutuhan bulanan Rp 4,3 juta di asumsikan 50% dana di penuhi dari bisnis yang dijalankan dan sisanya dari dana yang di siapkan. Sehingga dibutuhkan dana pensiun minimal sebesar Rp. 1,38 M untuk hidup 10 tahun kedepan setelah pensiun. Woww angka yang besar ya …
Tabungan Rp 43 juta saat ini saja dicapai dengan susah payah. Bagaimana dengan 1 M ?


Sekarang … penting tidak tujuan tersebut ? penting ..
Mau take action ? … respon-nya bisa berbeda beda … lihat angkanya besar .. sudah ah pasrah .. bagaimana nanti … rezeki-kan sudah ada yang ngatur di Atas, bla bla bla …
Atau ok .. saya ambil action. Kembali semuanya kepada mindset masing masing.  

Untuk yang memilih aliran bahwa HASIL itu tercipta dari  “proses” atau “sebab akibat” maka kita bahas langkah selanjutnya ; bagaimana proses untuk mewujudkannya.

Proses untuk mewujudkannya membutuhkan waktu bertahun tahun, dan dana yang di investasikan secara RUTIN baik perbulan maupun bersifat top up pada periode waktu tertentu.

Karena prosesnya berlangsung bertahun tahun dan membutuhkan investasi dana yang rutin, maka ada hal penting yang harus disiapkan. Untuk meng-amankan atau memproteksi agar dana terus selalu ada setiap bulannya dan dana yang terkumpul tidak terpakai oleh hal hal lain yang bukan tujuannya

Maka kebutuhan proteksinya : 
Kondisi pak Tomas, ideal Uang Pertanggunan-nya (UP) minimalnya adalah Rp. 1,25 M
Jadi setelah di kurangi UP yang sudah dimiliki (Rp 150 juta) menjadi Rp. 1,1 M
Sehingga jika terjadi “musibah” maka anak pertama (Budi), pengeluaran biaya keluarga terjamin sampai Budi selesai kuliah dan bekerja di usia 26 th untuk melanjutkan membiayai kebutuhan keluarga.

Karena pada saat pensiun, medical-nya tidak di tanggung lagi, maka harus memiliki asuransi Medikal saat pensiun, sehingga dana pensiun yang telah disiapkan tidak habis terpakai karena sakit … usia tua .. peluang sakit semakin besar dan sakit biayanya sangat mahal.
Idealnya covering biaya kamar RS untuk pak Tomas saat ini : Rp. 1 jt. Karena waktunya masih jauh jadi polisnya nanti harus di upgrade lagi. Dan lebih baik lagi jika di bantu dana investasi khusus untuk menyiapkan dana medical di masa pensiun.

Yang tak kalah penting adalah Asuransi Sakit Kritis (gagal ginjal, jantung, stroke, kanker, dll) yang membutuhkan biaya yang sangat sangat sangat tinggi, yang bisa membuat orang miskin, maka minimal disiapkan UP sakit kritis senilai Rp. 1 M.

Kembali lagi ke topik .. bagaimana mewujudkan dana dana tersebut.

Kebanyakan orang berusaha mencapai tujuan finansialnya dengan mengandalkan atau berharap mendapatkan kenaikan atau tambahan penghasilan. Dan umumnya hanya menyimpan di bank. Dengan kondisi return bank saat ini yang rendah dan plus kena potongan administrasi dan pajak, maka return-nya akan di bawah tingkat inflasi. Artinya akan semakin sulit untuk mewujudkan dana dana tersebut jika hanya mengandalkan simpanan di Bank.

Untuk kasus pak Tomas untuk mengejar tujuan tujuan finansial, dilakukan dengan cara mengoptimalkan income saat ini serta asset yang dimiliki dan menambahkan setiap tahunnya (top up) dari sebagian bonus tahunan dan THR yang di dapatkan, gambarannya sebagai berikut :
Asumsi yang digunakan adalah :
- Kenaikan gaji 5% pertahun.
- Bonus tahunan dan THR sebesar 1X gaji.

Dengan menempatkan uang di produk investasi maka kita membuat asset untuk bekerja menghasilkan uang. Jadi kita “seolah-olah” memiliki 2 income ; income  dari gaji dan income dari hasil pertumbuhan investasi.

Pak Tomas memiliki bujet Rp. 2,95 jt/bulan di tahun Pertama  untuk di alokakasikan di produk imvestasi dalam kasus ini di reksadana dan membeli polis asuransi, selain itu pak Tomas memiliki tabungan Rp. 43 juta yang akan disebar diproduk investasi dan dari 80% dari bonus tahunan serta 50% dari THR, uangnya sebagian akan di top up ke produk investasi.
maka hasilnya adalah sebagai berikut :

  
Pada perhitungan ini, alokasi dana per bulan dan top up dari bonus tahunan dan THR komposisinya berubah setiap tahun mengikuti asumsi kenaikan gaji 5%, prioritas tujuan  serta jangka waktunya. Karena terlalu panjang dan malah ribet untuk ditampilkan disini maka hanya ditampilkan summary-nya saja.


Dari hasil estimasi dapat dilihat bahwa :
tujuan yang masih minus
- Dana darurat target tercapai 20 juta di 2015 bdi estimasikan baru tercapai 15 juta, sehingga minus 5 juta.
- DP mobil tidak terpenuhi, dari target 60 juta di tahun 2016 masih minus 59,7 juta.
- Dana travelling setiap tahun 3 juta, hanya dapat dipenuhi Rp. 1,2 juta sehingga minus Rp. 1,7 juta.
- Target dana DP rumah Rp. 220 juta di tahun 2018, diestimasikan hanya tercapai Rp. 104 juta sehingga 
   minus Rp 116 juta.

Karena dana yang dialokasikan terbatas, maka harus di tentukan prioritas mana yang harus di penuhi terlebih dahulu. Sehingga alokasi dana lebih ditujukan untuk mencapai tujuan tersebut.

Untuk kasus pak Tomas yang di prioritaskan adalah dana kuliah anak, naik haji, pensiun dan modal usaha pada saat pensiun. Sehingga poin poin tersebut diprioritaskan dananya untuk terpenuhi. Jika terpenuhi maka perjalanan hidup sudah dalam posisi ontrack. Tinggal membutuhkan beberapa adjustment untuk poin poin lainnya yang di anggap tidak terlalu utama.

Terutama keinginan pak Tomas adalah anak anaknya bisa menyelesaikan kuliah di tempat yang baik dan sehingga nantinya dapat pekerjaan yang baik dan layak untuk kehidupannya nanti.
Bagi dirinya sendiri, adalah bisa menunaikan rukun Islam dengan pergi haji dan hidupnya nanti setelah pensiun memiliki aktifitas dengan membuka usaha dan tidak merepotkan anak anaknya.

Target dana pensiun pada tahun 2013 sebesar Rp. 1,38 M. Diestimasikan tercapai dan ada surplus sebesar Rp. 13 juta. Dengan investasi rutin dan teratur setiap bulan selama bertahun tahun, dana 1 milyar lebih dapat di capai pada saat pak Tomas pensiun.
Serta memiliki modal usaha sebesar Rp. 556 juta untuk bisnis kecil kecil-an pada saat pensiun.
Dana untuk mendapatkan nomor urut haji sebesar Rp. 56 juta di tahun 2015 dapat terpenuhi serta pelunasan haji-nya pun terpenuhi.

Yang harus diperhatikan bahwa perencanaan ini sifatnya dinamis dan harus selalu di monitor progresnya, karena :
- Kinerja investasi tidak sesuai dengan prediksi.
- Kenaikan income lebih dari 5% ; naik jabatan atau pindah kerja dengan gaji lebih tinggi.
   Atau ... malah kena PHK
- Perubahan prioritas tujuan keuangan.
- Dll.

Selain itu yang harus diperhatikan adalah kondisi benefit asuransi. Dengan alokasi tambahan premi 1,5 juta/bulan, mendapatkan tambahan benefit UP 200 juta, biaya kamar Rumah Sakit Rp. 1 juta/hari serta tidak ada covering tambahan untuk sakit kritis. Kondisi benefit asuransi-nya belum ideal sehingga harus di upgrade pada saat kondisi keuangan memungkinkan.

Dengan memiliki perencanaan keuangan, kita membuat hidup lebih terarah dan teratur. Kita akan merasa tenang dengan masa depan keluarga dan kita akan lebih bijaksana dengan uang dan pengeluaran kita.

Ayo kita buat small company (keluarga) hidup lebih teratur di saat ini dan lebih sejahtera di masa depan.
Rencanakan sesegera mungkin, prinsipnya memang lebih cepat lebih baik tapi tidak pernah ada kata terlambat. Kita buat asset sebanyak mungkin bekerja untuk kita, mewujudkan mimpi kita.




Selamat Berencana


follow twitter @jauhari_mk

1 komentar:

  1. Memulai investasi sejak dini sangat penting dan bisa membantu kondisi keuangan keluarga di masa yang akan datang. pojokinvestasi.com

    BalasHapus